Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa
adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara
menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat
membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh hingga matahari
terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :
- Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)
- Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)
- Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)
- Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah 3/4 liter beras atau bahan makanan lain)
A. PUASA FARDHU
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Yang termasuk ke dalam puasa fardhu antara lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
- yâ ayyuhal-ladzîna âmanûkutiba ‘alaykumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alal-ladzîna min qoblikum la’allakum tattaqûn –
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu terhindar dari keburukan rohani dan jasmani (QS. Al Baqarah: 183).
- syahru Romadhônal-ladzî unzila fîhil-qurânu hudal-lin-nâsi wa bayyinâtim-minal-hudân wal-furqôn(i). Faman syahida min(g)kumusy-syahro falyashumh(u). wa man(g) kâna marîdhon aw ‘alâ safari(g) fa’iddatum-min ayyâmin ukhor. Yurîdullohu bikumul-yusro wa lâ yurîdu bikumul-‘usro wa litukmilul-‘iddata walitukabbirulloha ‘alâ mâ hadâkum wa la’allakum tasykurûn -
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqoroh: 185)
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
Orang yang berpuasa berturut-turut karena Kafarat, yang disebabkan berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau hanya satu hari ditengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka berarti ia telah memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia berbuka, baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi selama dua bulan berturut-turut.[1]
c. Puasa Nazar
Adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau mengadakan perjalanan maka ia harus mengqadha pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab mengqadhanya.
B. PUASA SUNNAT
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :
1. Puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal
Bersumber dari Abu Ayyub Anshari r.a. sesungguhnya Rasulallah saw. bersabda: “ Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam hari pada bulan syawal , maka seakan – akan dia berpuasa selama setahun”.[2]
2. Puasa Tengah bulan (13, 14, 15) dari tiap-tiap bulan Qomariyah
Pada suatu hari ada seorng Arabdusun datang pada Rasulullah saw. dengan membawa kelinci yang telah dipanggang. Ketika daging kelinci itu dihidangkan pada beliau maka beliau saw. hanya menyuruh orang-orang yang ada di sekitar beliau saw. untuk menyantapnya, sedangkan beliau sendiri tidak ikut makan, demikian pula ketika si arab dusun tidak ikut makan, maka beliau saw. bertanya padanya, mengapa engkau tidak ikut makan? Jawabnya “aku sedang puasa tiga hari setiap bulan, maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih setiap bulan”. “kalau engkau bisa melakukannya puasa tiga hari setiap bulan maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih yaitu pada hari ke tiga belas, empat belas dan ke lima belas.[3]
3. Puasa hari Senin dan hari Kamis.
Dari Aisyah ra. Nabi saw. memilih puasa hari senin dan hari kamis. (H.R. Turmudzi)[4]
4. Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)
Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang tekah lalu dan satu tahun yang akan datang” (H. R. Muslim)[5]
5. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam.
Dari Salim, dari ayahnya berkata: Nabi saw. bersabda: Hari Asyuro (yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka berpuasalah pada hari itu.[6]
6. Puasa nabi Daud as. (satu hari bepuasa satu hari berbuka)
Bersumber dari Abdullah bin Amar ra. dia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah swt. ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang yang paling d sukai oleh Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai tengah malam, kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia gunakan untuk tidur, kembali Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.”[7]
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa tersebut masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lain masuk puasa pada hari Jum’at, hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu hari Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
7. Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci
Dari Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw. berpuasa sehingga kami mengatakan: beliau tidak berbuka. Dan beliau berbuka sehingga kami mengatakan: beliau tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah saw. menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban.[8]
Kumpulan Niat Puasa Sunnah (Klik disini)
C. PUASA MAKRUH
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
1. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda: “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya.” [9]
2. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.”[10]
3. Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa hari ini maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.[11]
D. PUASA HARAM
Puasa haram adalah puasa yang dilarang dalam agama Islam. Puasa yang diharamkan. Puasa-puasa tersebut antara lain:
a. Puasa pada dua hari raya
Dari Abu Ubaid hamba ibnu Azhar berkata: Saya menyaksikan hari raya (yakni mengikuti shalat Ied) bersama Umar bin Khattab r.a, lalu beliau berkata:”Ini adalah dua hari yang dilarang oleh Rasulullah saw. Untuk mengerjakan puasa, yaitu hari kamu semua berbuka dari puasamu (1 Syawwal) dan hari yang lain yang kamu semua makan pada hari itu, yaitu ibadah hajimu.[12](Shahih Bukhari, jilid III, No.1901)
b. Puasa seorang wanita dengan tanpa izin suami
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya.”[13](Sunan Ibnu Majah, jilid II, No.1761)
masih banyak lagi tentang puasa haram (Klik Disini)
Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.
Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :
- Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)
- Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)
- Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)
- Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah 3/4 liter beras atau bahan makanan lain)
Macam-Macam Puasa :
A. PUASA FARDHU
Puasa fardhu adalah puasa yang harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan syariat Islam. Yang termasuk ke dalam puasa fardhu antara lain:
a. Puasa bulan Ramadhan
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai berikut :
- yâ ayyuhal-ladzîna âmanûkutiba ‘alaykumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alal-ladzîna min qoblikum la’allakum tattaqûn –
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu terhindar dari keburukan rohani dan jasmani (QS. Al Baqarah: 183).
- syahru Romadhônal-ladzî unzila fîhil-qurânu hudal-lin-nâsi wa bayyinâtim-minal-hudân wal-furqôn(i). Faman syahida min(g)kumusy-syahro falyashumh(u). wa man(g) kâna marîdhon aw ‘alâ safari(g) fa’iddatum-min ayyâmin ukhor. Yurîdullohu bikumul-yusro wa lâ yurîdu bikumul-‘usro wa litukmilul-‘iddata walitukabbirulloha ‘alâ mâ hadâkum wa la’allakum tasykurûn -
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqoroh: 185)
b. Puasa Kafarat
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
- Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama tiga hari.
- Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut (An Nisa: 94).
- Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
- Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan umrah, lalu tidak mendapatkan binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan dan sebagainya) maka berpangkas rambut, (tahallul) ia harus berpuasa selama 3 hari.
Orang yang berpuasa berturut-turut karena Kafarat, yang disebabkan berbuka puasa pada bulan Ramadhan, ia tidak boleh berbuka walau hanya satu hari ditengah-tengah 2 (dua) bulan tersebut, karena kalau berbuka berarti ia telah memutuskan kelangsungan yang berturut-turut itu. Apabila ia berbuka, baik karena uzur atau tidak, ia wajib memulai puasa dari awal lagi selama dua bulan berturut-turut.[1]
c. Puasa Nazar
Adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak disunnahkan oleh Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan telah menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari. Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau mengadakan perjalanan maka ia harus mengqadha pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal puasanya maka ia bertanggung jawab mengqadhanya.
B. PUASA SUNNAT
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :
1. Puasa 6 (enam) hari di bulan Syawal
Bersumber dari Abu Ayyub Anshari r.a. sesungguhnya Rasulallah saw. bersabda: “ Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan, kemudian dia menyusulkannya dengan berpuasa enam hari pada bulan syawal , maka seakan – akan dia berpuasa selama setahun”.[2]
2. Puasa Tengah bulan (13, 14, 15) dari tiap-tiap bulan Qomariyah
Pada suatu hari ada seorng Arabdusun datang pada Rasulullah saw. dengan membawa kelinci yang telah dipanggang. Ketika daging kelinci itu dihidangkan pada beliau maka beliau saw. hanya menyuruh orang-orang yang ada di sekitar beliau saw. untuk menyantapnya, sedangkan beliau sendiri tidak ikut makan, demikian pula ketika si arab dusun tidak ikut makan, maka beliau saw. bertanya padanya, mengapa engkau tidak ikut makan? Jawabnya “aku sedang puasa tiga hari setiap bulan, maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih setiap bulan”. “kalau engkau bisa melakukannya puasa tiga hari setiap bulan maka sebaiknya lakukanlah puasa di hari-hari putih yaitu pada hari ke tiga belas, empat belas dan ke lima belas.[3]
3. Puasa hari Senin dan hari Kamis.
Dari Aisyah ra. Nabi saw. memilih puasa hari senin dan hari kamis. (H.R. Turmudzi)[4]
4. Puasa hari Arafah (Tanggal 9 Dzulhijjah atau Haji)
Dari Abu Qatadah, Nabi saw. bersabda: “Puasa hari Arafah itu menghapuskan dosa dua tahun, satu tahun yang tekah lalu dan satu tahun yang akan datang” (H. R. Muslim)[5]
5. Puasa tanggal 9 dan 10 bulan Muharam.
Dari Salim, dari ayahnya berkata: Nabi saw. bersabda: Hari Asyuro (yakni 10 Muharram) itu jika seseorang menghendaki puasa, maka berpuasalah pada hari itu.[6]
6. Puasa nabi Daud as. (satu hari bepuasa satu hari berbuka)
Bersumber dari Abdullah bin Amar ra. dia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah swt. ialah puasa Nabi Daud as. sembahyang yang paling d sukai oleh Allah ialah sembahyang Nabi Daud as. Dia tidur sampai tengah malam, kemudian melakukan ibadah pada sepertiganya dan sisanya lagi dia gunakan untuk tidur, kembali Nabi Daud berpuasa sehari dan tidak berpuasa sehari.”[7]
Mengenai masalah puasa Daud ini, apabila selang hari puasa tersebut masuk pada hari Jum’at atau dengan kata lain masuk puasa pada hari Jum’at, hal ini dibolehkan. Karena yang dimakruhkan adalah berpuasa pada satu hari Jum’at yang telah direncanakan hanya pada hari itu saja.
7. Puasa bulan Rajab, Sya’ban dan pada bulan-bulan suci
Dari Aisyah r.a berkata: Rasulullah saw. berpuasa sehingga kami mengatakan: beliau tidak berbuka. Dan beliau berbuka sehingga kami mengatakan: beliau tidak berpuasa. Saya tidaklah melihat Rasulullah saw. menyempurnakan puasa sebulan kecuali Ramadhan. Dan saya tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak daripada puasa di bulan Sya’ban.[8]
Kumpulan Niat Puasa Sunnah (Klik disini)
C. PUASA MAKRUH
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
1. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda: “Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, melainkan bersama satu hari sebelumnya atau sesudahnya.” [9]
2. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.”[10]
3. Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian kaum menjauh. Maka ‘Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa hari ini maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.[11]
D. PUASA HARAM
Puasa haram adalah puasa yang dilarang dalam agama Islam. Puasa yang diharamkan. Puasa-puasa tersebut antara lain:
a. Puasa pada dua hari raya
Dari Abu Ubaid hamba ibnu Azhar berkata: Saya menyaksikan hari raya (yakni mengikuti shalat Ied) bersama Umar bin Khattab r.a, lalu beliau berkata:”Ini adalah dua hari yang dilarang oleh Rasulullah saw. Untuk mengerjakan puasa, yaitu hari kamu semua berbuka dari puasamu (1 Syawwal) dan hari yang lain yang kamu semua makan pada hari itu, yaitu ibadah hajimu.[12](Shahih Bukhari, jilid III, No.1901)
b. Puasa seorang wanita dengan tanpa izin suami
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw. bersabda: “Tidak boleh seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada di rumah, di suatu hari selain bulan Ramadhan, kecuali mendapat izin suaminya.”[13](Sunan Ibnu Majah, jilid II, No.1761)
masih banyak lagi tentang puasa haram (Klik Disini)
Kumpulan Niat Puasa Sunnah :
1. Niat Puasa Syawwal
نويت صوم شهر شوال سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI SYAWWAL SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan Syawwal , sunnah karena Allah ta’ala.”
2. Niat Puasa Bulan Dzulhijjah (Puasa Tarwiyah & ‘Arafah).
نويت صوم ترويه سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
نويت صوم عرفة سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA ARAFAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”
3. Niat Puasa Qhada’ Ramadhan
نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى .
Artinya :
“ Niat aku puasa esok hari keranaganti fardhu Ramadhan kerana Allah Ta'ala. ”
4. Niat Puasa Bulan Muharram (Puasa ’Asyura)
نويت صوم عشر سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA 'ASYURA LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari ’Asyura , sunnah karena Allah ta’ala.”
5. Niat Puasa Bulan Rajab
نويت صوم شهر رجب سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”
6. Niat Puasa Senin – Kamis
نويت صوم يوم الاثنين سنة لله تعالى
" NAWAITU SAUMA YAUMUL ISNAINSUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari Senin, Sunnah karena Allah ta’ala.”
نويت صوم يوم الخميس سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA YAUMUL KHOMIS SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”
7. Niat Puasa Sya’ban
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى NAWAITU SAUMA SYAHRI SYAHBAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan sya’ban , sunnah karena Allah ta’ala.”
8. Niat Puasa Daud
نويت صوم داود سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA DAWUD SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa Daud , sunnah karena Allah ta’ala
1. Niat Puasa Syawwal
نويت صوم شهر شوال سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI SYAWWAL SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan Syawwal , sunnah karena Allah ta’ala.”
2. Niat Puasa Bulan Dzulhijjah (Puasa Tarwiyah & ‘Arafah).
نويت صوم ترويه سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”
نويت صوم عرفة سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA ARAFAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
Artinya :
“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”
3. Niat Puasa Qhada’ Ramadhan
نويت صوم غد عن قضاء فرض رمضان لله تعالى .
Artinya :
“ Niat aku puasa esok hari keranaganti fardhu Ramadhan kerana Allah Ta'ala. ”
4. Niat Puasa Bulan Muharram (Puasa ’Asyura)
نويت صوم عشر سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA 'ASYURA LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari ’Asyura , sunnah karena Allah ta’ala.”
5. Niat Puasa Bulan Rajab
نويت صوم شهر رجب سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”
6. Niat Puasa Senin – Kamis
نويت صوم يوم الاثنين سنة لله تعالى
" NAWAITU SAUMA YAUMUL ISNAINSUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari Senin, Sunnah karena Allah ta’ala.”
نويت صوم يوم الخميس سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA YAUMUL KHOMIS SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”
7. Niat Puasa Sya’ban
نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى NAWAITU SAUMA SYAHRI SYAHBAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa bulan sya’ban , sunnah karena Allah ta’ala.”
8. Niat Puasa Daud
نويت صوم داود سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA DAWUD SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
Artinya :
“ Saya niat puasa Daud , sunnah karena Allah ta’ala
PUASA YANG DILARANG
Shaum adalah ibadah mahdah. Artinya, seluruh pelaksanaannya telah diatur dalam AlQuran atau sunah, tidak dibenarkan kita menambahi atau menguranginya. Walaupun shaum itu ibadah yang mulia, tetapi kalau waktu dan cara pelaksanaannya tidak mengikuti ketentuan Allah dan Rosul, nilainya akan hampa. Karena itu, kita perlu mengetahui waktu-waktu yang terlarang untuk melaksanakannya:
1. Shaum pada Hari Idul Fitri dan Idul Adha
Idul Fitri jatuh pada tanggal satu Syawal dan Idul Adha pada tanggal sepuluh Dzulhijjah. Jadi, haram shaum pada waktu-waktu tersebut (HR. Bukhari)
2. Shaum pada Hari Tasyriq
Hari Tasyrik adalah hari makan, minum dan menyebut (mengingat) Allah SWT . (HR. Muslim)Jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (setelah Idul Adha).
3. Shaum Sepanjang Masa
Islam mengharamkan shaum tiap hari tanpa henti/jeda (HR. Bukhari), kecuali Ramadhan. Shaum yang disunahkan paling maksimal adalah shaum daud, yaitu shaum sehari dan berbuka sehari.
4. Shaum Khusus pada Hari Sabtu
Kita dilarang mengkhususkan shaum pada hari Sabtu (HR. Ahmad), kecuali dengan niat bayar qadha, niat shaum daud, atau niat shaum sunah lainnya.
5. Shaum Khusus pada Hari Jum’at
Kita dilarang mengkhususkan shaum pada hari Jum’at (HR. Bukhari dan Muslim), kecuali dengan niat bayar qadha, niat shaum daud, atau niat shaum sunah lainnya.
6. Shaum di Arafah
Orang yang sedang melaksanakan haji (wukuf di Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah) diharamkan melaksanakan shaum (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
7. Wanita yang Haid dan Nifas
Jika sedang haid atau nifas, wanita diharamkan shaum dan sholat. (HR. Bukhari)
8. Shaum Wishal
Shaum wishal adalah shaum yang berkesinambungan tanpa berbuka walaupun waktunya sudah tiba. Saat azan maghrib dia tidak berbuka hingga keesokan harinya. Shaum macam ini diharamkan dalam Islam. (HR. Bukhari)
9. Shaum pada Hari yang Meragukan
Sebelum melaksanakan Ramadhan, kita harus mendapatkan kepastian apakah sudah masuk Ramadhan atau belum. Kalau belum ada kepastian, sebaiknya kita tidak shaum karena shaum pada hari yang meragukan itu terlarang. (HR. Tirmidzi)
10. Shaum Mendahului Ramadhan
Kalau hari pertama adalah besok, hari ini dan kemarin dilarang shaum. Namun, bagi orang-orang yang terbiasa melaksanakan shaum sunah, larangan ini tidak berlaku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Shaum adalah ibadah mahdah. Artinya, seluruh pelaksanaannya telah diatur dalam AlQuran atau sunah, tidak dibenarkan kita menambahi atau menguranginya. Walaupun shaum itu ibadah yang mulia, tetapi kalau waktu dan cara pelaksanaannya tidak mengikuti ketentuan Allah dan Rosul, nilainya akan hampa. Karena itu, kita perlu mengetahui waktu-waktu yang terlarang untuk melaksanakannya:
1. Shaum pada Hari Idul Fitri dan Idul Adha
Idul Fitri jatuh pada tanggal satu Syawal dan Idul Adha pada tanggal sepuluh Dzulhijjah. Jadi, haram shaum pada waktu-waktu tersebut (HR. Bukhari)
2. Shaum pada Hari Tasyriq
Hari Tasyrik adalah hari makan, minum dan menyebut (mengingat) Allah SWT . (HR. Muslim)Jatuh pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah (setelah Idul Adha).
3. Shaum Sepanjang Masa
Islam mengharamkan shaum tiap hari tanpa henti/jeda (HR. Bukhari), kecuali Ramadhan. Shaum yang disunahkan paling maksimal adalah shaum daud, yaitu shaum sehari dan berbuka sehari.
4. Shaum Khusus pada Hari Sabtu
Kita dilarang mengkhususkan shaum pada hari Sabtu (HR. Ahmad), kecuali dengan niat bayar qadha, niat shaum daud, atau niat shaum sunah lainnya.
5. Shaum Khusus pada Hari Jum’at
Kita dilarang mengkhususkan shaum pada hari Jum’at (HR. Bukhari dan Muslim), kecuali dengan niat bayar qadha, niat shaum daud, atau niat shaum sunah lainnya.
6. Shaum di Arafah
Orang yang sedang melaksanakan haji (wukuf di Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah) diharamkan melaksanakan shaum (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
7. Wanita yang Haid dan Nifas
Jika sedang haid atau nifas, wanita diharamkan shaum dan sholat. (HR. Bukhari)
8. Shaum Wishal
Shaum wishal adalah shaum yang berkesinambungan tanpa berbuka walaupun waktunya sudah tiba. Saat azan maghrib dia tidak berbuka hingga keesokan harinya. Shaum macam ini diharamkan dalam Islam. (HR. Bukhari)
9. Shaum pada Hari yang Meragukan
Sebelum melaksanakan Ramadhan, kita harus mendapatkan kepastian apakah sudah masuk Ramadhan atau belum. Kalau belum ada kepastian, sebaiknya kita tidak shaum karena shaum pada hari yang meragukan itu terlarang. (HR. Tirmidzi)
10. Shaum Mendahului Ramadhan
Kalau hari pertama adalah besok, hari ini dan kemarin dilarang shaum. Namun, bagi orang-orang yang terbiasa melaksanakan shaum sunah, larangan ini tidak berlaku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Pengertian Asmaul Husna Menurut Bahasa Dan Istilah
Asmaul husna menurut bahasa berarti nama-nama yang baik.
Asmaul Husna menurut istilah Asmaul Husna adalah nama-nama yang balk bagi Allah SWT. Sebagai bukti kemahaagungan dan kesempurnaan-Nya. Sebagaimana dalam Alquran disebutkan : “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Men gadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyal Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr :24)
Asmaul Husna menurut istilah Asmaul Husna adalah nama-nama yang balk bagi Allah SWT. Sebagai bukti kemahaagungan dan kesempurnaan-Nya. Sebagaimana dalam Alquran disebutkan : “Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Men gadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyal Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Hasyr :24)
dan ini 99 asmaul husna dan artinya
1. Ar Rahman = الرحمن = Yang Maha Pengasih
2. Ar Rahiim الرحيم = Yang Maha Penya= Yang
3. Al Malik الملك = Yang Maha Merajai/Memerintah
4. Al Quddus القدوس = Yang Maha Suci
5. As Salaam السلام = Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6. Al Mu`min المؤمن = Yang Maha Memberi Keamanan
7. Al Muhaimin المهيمن = Yang Maha Pemelihara
8. Al `Aziiz العزيز = Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
9. Al Jabbar الجبار = Yang Maha Perkasa
10. Al Mutakabbir المتكبر = Yang Maha Megah, = Yang Memiliki Kebesaran
11. Al Khaliq الخالق = = Yang Maha Pencipta
12. Al Baari` البارئ = Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13. Al Mushawwir المصور = Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14. Al Ghaffaar الغفار = Yang Maha Pengampun
15. Al Qahhaar القهار = Yang Maha Memaksa
16. Al Wahhaab الوهاب = Yang Maha Pemberi Karunia
17. Ar Razzaaq الرزاق = Yang Maha Pemberi Rejeki
18. Al Fattaah الفتاح = Yang Maha Pembuka Rahmat
19. Al `Aliim العليم = Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20. Al Qaabidh القابض = Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21. Al Baasith الباسط = Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22. Al Khaafidh الخافض = Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23. Ar Raafi` الرافع = Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24. Al Mu`izz المعز = Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25. Al Mudzil المذل = Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26. Al Samii` السميع = Yang Maha Mendengar
27. Al Bashiir البصير = Yang Maha Melihat
28. Al Hakam الحكم = Yang Maha Menetapkan
29. Al `Adl العدل = Yang Maha Adil
30. Al Lathiif اللطيف = Yang Maha Lembut
31. Al Khabiir الخبير = Yang Maha Mengenal
32. Al Haliim الحليم = Yang Maha Penyantun
33. Al `Azhiim العظيم = Yang Maha Agung
34. Al Ghafuur الغفور = Yang Maha Pengampun
35. As Syakuur الشكور = Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36. Al `Aliy العلى = Yang Maha Tinggi
37. Al Kabiir الكبير = Yang Maha Besar
38. Al Hafizh الحفيظ = Yang Maha Memelihara
39. Al Muqiit المقيت = Yang Maha Pemberi Kecukupan
40. Al Hasiib الحسيب = Yang Maha Membuat Perhitungan
41. Al Jaliil الجليل = Yang Maha Mulia
42. Al Kariim الكريم = Yang Maha Mulia
43. Ar Raqiib الرقيب = Yang Maha Mengawasi
44. Al Mujiib المجيب = Yang Maha Mengabulkan
45. Al Waasi` الواسع = Yang Maha Luas
46. Al Hakiim الحكيم = Yang Maha Maka Bijaksana
47. Al Waduud الودود = Yang Maha Mengasihi
48. Al Majiid المجيد = Yang Maha Mulia
49. Al Baa`its الباعث = Yang Maha Membangkitkan
50. As Syahiid الشهيد = Yang Maha Menyaksikan
51. Al Haqq الحق = Yang Maha Benar
52. Al Wakiil الوكيل = Yang Maha Memelihara
53. Al Qawiyyu القوى = Yang Maha Kuat
54. Al Matiin المتين = Yang Maha Kokoh
55. Al Waliyy الولى = Yang Maha Melindungi
56. Al Hamiid الحميد = Yang Maha Terpuji
57. Al Muhshii المحصى = Yang Maha Mengkalkulasi
58. Al Mubdi` المبدئ = Yang Maha Memulai
59. Al Mu`iid المعيد = Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60. Al Muhyii المحيى = Yang Maha Menghidupkan
61. Al Mumiitu المميت = Yang Maha Mematikan
62. Al Hayyu الحي = Yang Maha Hidup
63. Al Qayyuum القيوم = Yang Maha Mandiri
64. Al Waajid الواجد = Yang Maha Penemu
65. Al Maajid الماجد = Yang Maha Mulia
66. Al Wahiid الواحد = Yang Maha Tunggal
67. Al Ahad الاحد = Yang Maha Esa
68. As Shamad الصمد = Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69. Al Qaadir القادر = Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70. Al Muqtadir المقتدر = Yang Maha Berkuasa
71. Al Muqaddim المقدم = Yang Maha Mendahulukan
72. Al Mu`akkhir المؤخر = Yang Maha Mengakhirkan
73. Al Awwal الأول = Yang Maha Awal
74. Al Aakhir الأخر = Yang Maha Akhir
75. Az Zhaahir الظاهر = Yang Maha Nyata
76. Al Baathin الباطن = Yang Maha Ghaib
77. Al Waali الوالي = Yang Maha Memerintah
78. Al Muta`aalii المتعالي = Yang Maha Tinggi
79. Al Barri البر = Yang Maha Penderma
80. At Tawwaab التواب = Yang Maha Penerima Tobat
81. Al Muntaqim المنتقم = Yang Maha Pemberi Balasan
82. Al Afuww العفو = Yang Maha Pemaaf
83. Ar Ra`uuf الرؤوف = Yang Maha Pengasuh
84. Malikul Mulk مالك الملك = Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85. Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام = Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al Muqsith المقسط = Yang Maha Pemberi Keadilan
87. Al Jamii` الجامع = Yang Maha Mengumpulkan
88. Al Ghaniyy الغنى = Yang Maha Kaya
89. Al Mughnii المغنى = Yang Maha Pemberi Kekayaan
90. Al Maani المانع = Yang Maha Mencegah
91. Ad Dhaar الضار = Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92. An Nafii` النافع = Yang Maha Memberi Manfaat
93. An Nuur النور = Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94. Al Haadii الهادئ = Yang Maha Pemberi Petunjuk
95. Al Baadii البديع = Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96. Al Baaqii الباقي = Yang Maha Kekal
97. Al Waarits الوارث = Yang Maha Pewaris
98. Ar Rasyiid الرشيد = Yang Maha Pandai
99. As Shabuur الصبور = Yang Maha Sabar
2. Ar Rahiim الرحيم = Yang Maha Penya= Yang
3. Al Malik الملك = Yang Maha Merajai/Memerintah
4. Al Quddus القدوس = Yang Maha Suci
5. As Salaam السلام = Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6. Al Mu`min المؤمن = Yang Maha Memberi Keamanan
7. Al Muhaimin المهيمن = Yang Maha Pemelihara
8. Al `Aziiz العزيز = Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
9. Al Jabbar الجبار = Yang Maha Perkasa
10. Al Mutakabbir المتكبر = Yang Maha Megah, = Yang Memiliki Kebesaran
11. Al Khaliq الخالق = = Yang Maha Pencipta
12. Al Baari` البارئ = Yang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13. Al Mushawwir المصور = Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14. Al Ghaffaar الغفار = Yang Maha Pengampun
15. Al Qahhaar القهار = Yang Maha Memaksa
16. Al Wahhaab الوهاب = Yang Maha Pemberi Karunia
17. Ar Razzaaq الرزاق = Yang Maha Pemberi Rejeki
18. Al Fattaah الفتاح = Yang Maha Pembuka Rahmat
19. Al `Aliim العليم = Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20. Al Qaabidh القابض = Yang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21. Al Baasith الباسط = Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
22. Al Khaafidh الخافض = Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
23. Ar Raafi` الرافع = Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
24. Al Mu`izz المعز = Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
25. Al Mudzil المذل = Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
26. Al Samii` السميع = Yang Maha Mendengar
27. Al Bashiir البصير = Yang Maha Melihat
28. Al Hakam الحكم = Yang Maha Menetapkan
29. Al `Adl العدل = Yang Maha Adil
30. Al Lathiif اللطيف = Yang Maha Lembut
31. Al Khabiir الخبير = Yang Maha Mengenal
32. Al Haliim الحليم = Yang Maha Penyantun
33. Al `Azhiim العظيم = Yang Maha Agung
34. Al Ghafuur الغفور = Yang Maha Pengampun
35. As Syakuur الشكور = Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36. Al `Aliy العلى = Yang Maha Tinggi
37. Al Kabiir الكبير = Yang Maha Besar
38. Al Hafizh الحفيظ = Yang Maha Memelihara
39. Al Muqiit المقيت = Yang Maha Pemberi Kecukupan
40. Al Hasiib الحسيب = Yang Maha Membuat Perhitungan
41. Al Jaliil الجليل = Yang Maha Mulia
42. Al Kariim الكريم = Yang Maha Mulia
43. Ar Raqiib الرقيب = Yang Maha Mengawasi
44. Al Mujiib المجيب = Yang Maha Mengabulkan
45. Al Waasi` الواسع = Yang Maha Luas
46. Al Hakiim الحكيم = Yang Maha Maka Bijaksana
47. Al Waduud الودود = Yang Maha Mengasihi
48. Al Majiid المجيد = Yang Maha Mulia
49. Al Baa`its الباعث = Yang Maha Membangkitkan
50. As Syahiid الشهيد = Yang Maha Menyaksikan
51. Al Haqq الحق = Yang Maha Benar
52. Al Wakiil الوكيل = Yang Maha Memelihara
53. Al Qawiyyu القوى = Yang Maha Kuat
54. Al Matiin المتين = Yang Maha Kokoh
55. Al Waliyy الولى = Yang Maha Melindungi
56. Al Hamiid الحميد = Yang Maha Terpuji
57. Al Muhshii المحصى = Yang Maha Mengkalkulasi
58. Al Mubdi` المبدئ = Yang Maha Memulai
59. Al Mu`iid المعيد = Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60. Al Muhyii المحيى = Yang Maha Menghidupkan
61. Al Mumiitu المميت = Yang Maha Mematikan
62. Al Hayyu الحي = Yang Maha Hidup
63. Al Qayyuum القيوم = Yang Maha Mandiri
64. Al Waajid الواجد = Yang Maha Penemu
65. Al Maajid الماجد = Yang Maha Mulia
66. Al Wahiid الواحد = Yang Maha Tunggal
67. Al Ahad الاحد = Yang Maha Esa
68. As Shamad الصمد = Yang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69. Al Qaadir القادر = Yang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70. Al Muqtadir المقتدر = Yang Maha Berkuasa
71. Al Muqaddim المقدم = Yang Maha Mendahulukan
72. Al Mu`akkhir المؤخر = Yang Maha Mengakhirkan
73. Al Awwal الأول = Yang Maha Awal
74. Al Aakhir الأخر = Yang Maha Akhir
75. Az Zhaahir الظاهر = Yang Maha Nyata
76. Al Baathin الباطن = Yang Maha Ghaib
77. Al Waali الوالي = Yang Maha Memerintah
78. Al Muta`aalii المتعالي = Yang Maha Tinggi
79. Al Barri البر = Yang Maha Penderma
80. At Tawwaab التواب = Yang Maha Penerima Tobat
81. Al Muntaqim المنتقم = Yang Maha Pemberi Balasan
82. Al Afuww العفو = Yang Maha Pemaaf
83. Ar Ra`uuf الرؤوف = Yang Maha Pengasuh
84. Malikul Mulk مالك الملك = Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85. Dzul Jalaali Wal Ikraam ذو الجلال و الإكرام = Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al Muqsith المقسط = Yang Maha Pemberi Keadilan
87. Al Jamii` الجامع = Yang Maha Mengumpulkan
88. Al Ghaniyy الغنى = Yang Maha Kaya
89. Al Mughnii المغنى = Yang Maha Pemberi Kekayaan
90. Al Maani المانع = Yang Maha Mencegah
91. Ad Dhaar الضار = Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92. An Nafii` النافع = Yang Maha Memberi Manfaat
93. An Nuur النور = Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94. Al Haadii الهادئ = Yang Maha Pemberi Petunjuk
95. Al Baadii البديع = Yang Indah Tidak Mempunyai Banding
96. Al Baaqii الباقي = Yang Maha Kekal
97. Al Waarits الوارث = Yang Maha Pewaris
98. Ar Rasyiid الرشيد = Yang Maha Pandai
99. As Shabuur الصبور = Yang Maha Sabar